Thursday 21 August 2014

Resensi Home, Menjauh Tapi Saling Merindu


Sebenernya udah lama bikin resensi ini dan dikirim ke media. Lama nunggu kabar ga dimuat akhirnya saya tarik aja dan posting di sini. Mudah-mudahan belum basi, ya hehehe
Judul Buku    : Home
Penulis            : Ifa Avianty
Penerbit          : Diva Press
Terbit             : September, 2013
Tebal              : 388 hal
ISBN               : 978-602-255-300-7

Saling menjauh, tapi merindu.
Begitulah tagline yang tertulis dalam cover buku novel terbaru yang ditulis oleh Ifa Avianty. Dengan gambar  rumah yang besar dan asri dengan latar pelangi,  membuat pembaca tertarik untuk memahami arti penting rumah.


Rumah bukan sekedar tempat bekumpul setelah lelah beraktifitas. Bahkan saat setiap anak-anak terpencar setelah menikah, rumah menyimpan banyak kenangan bagi para penghuninya. Sesibuk apapun aktifitas masing-masing keluarga, selalu ada kerinduan yang menuntun kita untuk berkumpul mengurai kenangan bersama saudara dan orang tua.

Tapi tidak begitu dengan Papa Kurt, sang pemilik rumah, Mama Bea, sang istri pun tidak bisa mencegah keinginan suaminya untuk menjual rumahnya yang menyimpan sejuta kenangan bukan saja bagi dirinya, tapi juga anak-anak dan menantunya. Diantara 7 putra dan menantunya, hanya Truly yang peka menangkap kegamangan hati mama Bea. Truly yang ceria, berusaha mencairkan kekakuan suaminya, Wisnu yang nota bene putra sulung dari Papa Kurt dan Mama Bea.

Ciri khas Ifa Avianty yang melibatkan banyak tokoh dengan sudut pandang aku untuk setiap tokohnya membuat siapa saja yang membaca novel ini seperti menyimak curhat satu persatu tokoh dalam novel ini. Mungkin diantara sekian novel beliau, Home adalah novel dengan rombongan terbesar yang terlibat dalam jalinan ceritanya. Selain menghadirkan Truly dengan saudara-saudara iparnya, saudara-saudara sepupu dari pihak suaminya turut meramaikan cerita dengan pembawaan tokohnya yang ceriwis dan heboh. Membuat novel dengan lusinan tokoh ini semakin ramai dan kaya karakter. Tidak perlu pusing menghafal nama-nama yang muncul, karena dalam babak-babak berikutnya, tokoh-tokoh ini akan saling berkaitan satu sama lainnya.

Seperti juga dalam novel lainnya, Home  menyajikan makanan kegemaran dan lagu-lagu lawas yang menghadirkan kenangan di antara para tokohnya. Dengan alur maju mundur, para pembaca diajak larut mengikuti cerita sejak awal rumah ini dihuni hingga saat-saat terakhir rumah ini akan dijual.

Dengan keceriaan dan pembawaannya yang hangat, Truly menjadi pemain kunci untuk merekatkan silaturami di antara semua anggota keluarga untuk mempertahankan rumah yang penuh dengan kenangan ini. Berkat Truly pula, lipatan masa lalu yang menyakitkan diantara Papa Kurt, Mama Bea dan Wisnu bisa terurai dengan akhir yang manis.  Kira-kira seperti apa yang konflik masa lalu yang menjadi alasan utama rumah ini kehilangan kehangatannya? 

Satu kekurangan yang terlihat dalam buku ini adalah kesalahan penulisan nama penulis pada cover bukunya. Bagi para penggemar novel Ifa Avianty, tentunya typo ini cukup mengusik. Semoga jika buku ini berhasil cetak ulang (dan sepertinya begitu, mengingat Ifa Avianty mempunyai segmen pembaca yang setia), kesalahan penulisan Iva Afainty bisa diperbaiki.

Kalau Anda penggemar novel dengan tutur bahasa yang ringan, lincah dan mengalir, dan quotes-qoutes menyentuh, novel ini sangat layak untuk menjadi salah satu koleksi di lemari buku.  Seperti yang disampaikan Papa Kurt dalam pesannya, “Aku hanya ingin pergi diiringi hujan. Damai romantis... seperti sebuah tarian alam, seperti sebuah tarian yang pernah kita lakukan dulu...”
Bagaimana? Manis, kan?


Share:

2 comments:

  1. rumah itu.. tempat si cinta pulang. #eh

    ReplyDelete
  2. kisah papa Kurt dan Mama Bea yang menarik......keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.